Daspublika.com – Pelantikan Abdusy Syakur Amin dan Putri Karlina sebagai Bupati dan Wakil Bupati Garut menjadi momentum penting dalam perjalanan pemerintahan daerah. Pergantian kepemimpinan ini diharapkan tidak sekadar menjadi agenda seremonial, tetapi juga menjadi titik tolak perubahan nyata bagi pembangunan daerah. Namun, pertanyaan besarnya adalah: apakah pemerintahan baru benar-benar siap menjawab tantangan yang ada, ataukah hanya akan melanjutkan pola lama yang stagnan?
Harapan Besar, Tantangan Lebih Besar
Sebagai salah satu kabupaten dengan potensi besar, baik dari segi sumber daya alam maupun manusianya, Garut memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Infrastruktur yang belum merata, keterbatasan lapangan pekerjaan, serta sistem tata kelola yang masih jauh dari optimal menjadi tantangan utama yang harus dihadapi oleh pemimpin baru.
Ilmi Girindra, Founder & CEO PT Beranda Media Alternatif (BMA), menekankan bahwa masyarakat tidak hanya menuntut perubahan, tetapi juga bukti nyata dari janji kampanye yang telah disampaikan.
"Pemerintahan yang baik bukan hanya soal mengganti pemimpin, tetapi soal keberanian untuk melakukan reformasi nyata. Kami ingin melihat keberpihakan yang jelas terhadap pengembangan ekonomi daerah, pembinaan generasi muda, serta transparansi dalam pengelolaan anggaran publik," ujar Ilmi Girindra.
Sebagai perusahaan media yang aktif di Garut, BMA berharap pemerintahan baru dapat membuka akses informasi yang lebih luas, mendukung ekosistem media lokal, serta menjalankan kebijakan yang benar-benar berpihak pada kepentingan masyarakat.
Kritik terhadap Kebijakan Pemda Sebelumnya
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kebijakan yang dinilai kurang efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Sektor olahraga, misalnya, sering kali hanya mendapat perhatian ketika ada ajang kompetisi, tetapi tidak memiliki sistem pembinaan yang berkelanjutan.
Fajar Santika (DPanji), Direktur Akademi & Klub Bola Voli AA Garut, menyoroti minimnya dukungan pemerintah terhadap inisiatif olahraga berbasis komunitas.
"Kami telah berupaya menciptakan ekosistem pembinaan atlet sejak usia dini, tetapi masih banyak hambatan, terutama dalam pendanaan dan fasilitas. Seharusnya, pemerintah melihat olahraga bukan sekadar hiburan, tetapi juga sebagai industri yang bisa membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kualitas generasi muda," ujarnya.
AA Garut sendiri telah mengembangkan konsep koperasi olahraga sebagai solusi untuk pembiayaan dan pengelolaan klub secara mandiri. Namun, tanpa regulasi yang mendukung, inisiatif semacam ini sulit berkembang maksimal.
Akankah Pemerintahan Baru Berani Berubah?
Harapan besar tentu ada pada pemerintahan Abdusy Syakur Amin – Putri Karlina, tetapi harapan tanpa langkah konkret hanya akan menjadi retorika kosong.
Masyarakat dan berbagai elemen, termasuk dunia olahraga dan media, siap berkontribusi untuk kemajuan Garut. Namun, keberhasilan kepemimpinan ini tidak hanya bergantung pada janji, melainkan pada seberapa berani mereka keluar dari pola lama dan membuat kebijakan yang benar-benar berpihak pada masyarakat.
Jika pemerintahan baru hanya mengulang kebiasaan lama—tanpa inovasi, tanpa keterbukaan, dan tanpa langkah nyata—maka lima tahun ke depan hanya akan menjadi siklus stagnasi yang berulang.
Kini, saatnya mereka membuktikan bahwa perubahan bukan sekadar slogan, melainkan komitmen yang harus diwujudkan. Garut menunggu bukti, bukan sekadar kata-kata. (*)
0 Komentar :
Belum ada komentar.